Friday, March 15, 2013

Mengapa Indonesia harus Mengimpor Bawang Putih?

Cukup sulit bagiku menjawab pertanyaan mengapa Indonesia harus mengimpor bawang dari negara lain seperti China, India, dan Thailand? Kurang suburkah tanah kita? tentu bukan karena persoalan tanah. Bukankah kita pernah dijajah berabad-abad karena bumi Indonesia menjadi penghasil rempah nomor satu di dunia?.

Balada bawang putih yang sedang jual mahal | Foto: www.lensaindonesia.com

Setelah kita dihebohkan dengan berita kasus impor daging sapi yang menelan korban dari pihak partai yang dicap bersil dan pantang korupsi, kini kita berhadapan lagi dengan kasus yang nyaris sama, perbebadaannya hanya produk yang diimpor dan belum adanya dalang yang ditemukan bermain dibalik fenomena ini.

Seakan pemerintah tak belajar bagaimana memperbaiki regulasi impor barang-barang yang masuk ke Indonesia. Ketua HKTI Jawa Timur Yusuf Husni menuturkan, meroketnya harga bawang putih di pasaran karena pemerintah kurang tanggap dan terkesan lamban menyikapi persoalan hortikultura.

"Persoalan ini sebenarnya fenomena yang terjadi setiap tahun. Kenaikan harga bahan-bahan pokok, khususnya sembako ini terjadi setiap tahunnya. Dan pemerintah selalu terlambat menyikapi masalah ini. Ketika ada persoalan baru turun tangan," keluh Yusuf di Surabaya, Kamis (14/3) sebagaimana dikutip dari merdeka.com.

Tak heran memang, kepala negara kita sendiri beberapa bulan belakangan sibuk mengurusi persoalan partainya. Entah apa yang memotifasinya, pekerjaannya sebagai presiden yang belum kelar harus dibebani lagi dengan keputusannya sendiri mengambil alih kepemimpinan di partainya. Tidak puaskah dia menjadi pemimpin bangsa hingga harus kembali menjadi pemimpin partai? atau saya curiga, partainya saja tidak beres, bagaimana mungkin dia bisa membereskan negara ini?

Masalah kelangkaan dan tingginya harga bawang putih sesungguhnya tidak perlu terjadi di Indonesia. Sebab Indonesia merupakan negara agraris dan menjadi lumbung hortikultura. Namun, apakah menjadi lumbung holtikultura berarti kita akan berlimpah bawang? seharusnya jawabannya YA, namun di Indonesia jawaban atau logika yang demikian itu keliru. Kenyataannya, Dalam kasus bawang, ternyata produksi bawang lokal hanya mampu memasok 5% dan sisanya yang 95 %, dipenuhi dari impor.

Yang patut dijelaskan harusnya, mengapa produksi bawang hanya mampu memasok 5%. Semakin tidak bisa dimengerti, mengapa Kementerian Pertanian jadi sibuk mengurusi impor, padahal tugas utamanya adalah mengurusi produksi dan peningkatan produktivitas pertanian??

Sebenarnya tidak ada persoalan dengan impor bawang, akan tetapi jikan 95% bawang yang dikonsumsi rakyat Indonesia adalah hasil impor, bagaimana bisa? logika berfikirnya seperti apa??? Seharusnya kita memproduksi 80% bawang, sisanya 20% barulah kita impor. Namun, sayangnya logika seperti ini mungkin kurang "nikmat" karena tidak "berlendir" sehingga dikebirilah petani yang menjadi lumbung produksi pangan negara agraris ini.

Dan disana, sang presiden Esbeye hanya sibuk marah-marah, seharusnya hal ini bisa diantisipasi dan sejak awal kita bisa menyadari minimnya produksi bawang lokal. Bukan malah sibuk mengurusi partainya. Sekali lagi kusesalkan, dia saja kesulitan membangun komunikasi dan organisasi yang profesional dalam partainya, bagaimana dalam mengurusi negara, komunikasi antara mentri dan pembantunya yang lain.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang tahun 2012, Indonesia mengimpor 415.000 ton bawang putih dari beberapa negara dengan nilai US$ 242,3 juta atau senilai Rp 2,3 triliun bawang putih.

Mayoritas bawang putih impor datang dari China yaitu sebanyak 410.100 ton dengan nilai US$ 239,4 juta atau Rp 2,27 triliun untuk periode Januari hingga Desember 2012.

Tercatat kegiatan impor bawang putih dari China ini berjalan sepanjang tahun, sementara ada beberapa negara lain yang memasukkan bawang putih ke dalam negeri seperti India, Malaysia, Pakistan, dan Thailand, tetapi impornya tidak terjadi setiap bulan dan tak signifikan.

Impor bawang putih dari India, total sepanjang tahun 2012 sebanyak 3.424 ton dengan nilai US$ 1,7 juta, impor dari Malaysia sebanyak 1.124 ton dengan nilai US$ 1,1 juta, bawang putih dari Pakistan sebanyak 203 ton dengan nilai US$ 81,2 ribu, dan Thailand sebesar 58 ton dengan nilai US$ 37 ribu.


Betulkah bawang putih merupakan tumbuhan yang sulit tumbuh di Indonesia?


Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan menjelaskan Indonesia sulit untuk memproduksi bawang putih karena bawang putih masuk dalam jenis tanaman sub tropis. Sedangkan wilayah Indonesia masuk wilayah beriklim tropis.

"Ini karena bawang putih itu tanaman subtropis sedangkan kita iklimnya tropis, jadi sulit tumbuh di Indonesia. Negara-negara subtropis itu seperti China dan Brasil," ujarnya sebagaimana dikutip dari detik.com.

Ia menambahkan pemerintah lebih memilih meningkatkan produksi kedelai yang sama-sama tanaman sub tropis karena kebutuhan kedelai jauh lebih tinggi daripada bawang putih.

"Bisa ditingkatkan produksi bawang putihnya tetapi butuh usaha dan biaya yang besar, lebih baik kita perjuangkan peningkatan produksi kedelai yang sama-sama berjenis subtropis tapi efeknya jauh lebih banyak," kata Rusman.



Oia, Malaysia dan Thailand itu beriklim tropis atau subtropis yah?
Load disqus comments

0 comments