Friday, November 1, 2013

Membohongi Diri Sendiri (Bukan Catatan Motivasi)

Kupikir aku akan menemukan suatu titik balik dalam kehidupan saat mengalami sebuah masalah beberapa hari yang lalu. Aku menangis tersedu hingga mataku terpejam malam itu. Sebelum itu, aku sempatkan membasuh wajah untuk menyegarkan perasaan dan mendinginkan mataku. Kukira saat itulah titik balikku.

Ternyata belum, tekanan yang sangat kuat itu belum berhasil menjadi cambuk magis untuk membuat garis kehidupanku banting setir mencari jalan baru. Aku seperti belum diberikan kesempatan untuk menentukan sendiri jalanku, aku masih dikendarai oleh hal 'asing' yang membuatku menjadi seperti sekarang ini. Beruntunglah mereka yang berhasil menjadi diri sendiri.

Hingga kupikir bahwa saya tidak bisa menunggu lebih lama untuk mendapatkan titik balik. Saya takut waktu akan menghianatiku, walaupun mungkin tanpa sadar aku telah menghianatinya. Setidaknya ada satu kesadaran yang bisa kujadikan modal untuk membentuk titik balik manual.

Mungkin aku sedang membohongi diriku bahwa masa depan cerah menungguku. Atau di masa lalu aku adalah orang hebat yang mampu mengolah 'modal' menjadi beragam prestasi sebagai legitimasi orang-orang bahwa saya memiliki kekuatan untuk membentuk sesuatu. Padahal, berpandu pada kehidupanku sekarang, aku bukan lagi orang yang memiliki semangat besar. Walaupun aku sudah rindu akan masa cemerlang yang sering kuimpikan.

Aku berbohong pada diriku, bahwa aku mampu meraih mimpi, padahal saat memimpikannya selalu saja ada peringatan bahwa aku sedang bermimpi sebagai orang lain, sehingga capaian-capaian yang kupatok di atas sana bukanlah capaian untuk ukuranku melainkan berdasar pada kapasitas orang lain.

Aku berbohong pada diriku. Dulu aku punya panutan dimana gaya hidupku kukiblatkan, sekarang aku kebingungan, karena ternyata saya tidak mengenali siapa panutanku dan parahnya aku tidak mengenali pula siapa diriku. Alasannya tentu saja karena selama ini aku membohongi diriku sendiri.
Load disqus comments

0 comments