Aku terjaga pada peralihan hari. Saat sampai pada hari ini, dua hal di atas adalah apa yang terlintas di kepalaku dan memaksa menjadi sebuah resolusi. Aku makin menua dan pada titik ini aku betul-betul butuh mengambil satu keputusan besar dan membuat garis pembatas antara 'inilah' aku puluhan tahun yang lalu dan 'akulah' aku beberapa waktu selanjutnya, entah tersisa berapa hari.
Kemarin aku kehilangan kepercayaan diriku, sampai saat ini. Aku sangat membutuhkannya kembali. Aku bergantung padanya.
Walau aku bodoh, memalukan dan tidak diharapkan, aku tetap harus hidup, menghabiskan sisa waktuku. Aku tak mau menghabiskannya dengan terus terjebak pada penjara alam pikirku. Biarlah aku jadi sosok yang begitu memalukan, tak layak, tak diharapkan, pada akhirnya kita masih punya hari esok untuk menebusnya.
Kalian yang mengenalku dan sempat membaca catatanku ini, aku memohon maaf untuk tahun-tahun yang lalu (Aku tak ingin menghadapi kalian dan memohon maaf - semoga catatan ini cukup). Aku melaluinya dengan berat beberapa tahun terakhir ini. Sungguh aku memohon maaf.
Lalu, besok-besok semoga kalian dapat mendukungku untuk bangkit kembali melunasi hutang umur yang kemarin sempat kusia-siakan. Ada cita-cita yang mesti kukejar, kawan.
Akhirnya, aku memang pecundang. Tapi bagi sang cita-cita itu bukan hal yang penting. Sang cita-cita hanya mengenal 'terwujud' atau 'terendap' di angan-angan.
Bismillahirrahmanirrahiem ...
0 comments